Reviu: Pemanfaatan Rumput Laut sebagai Pakan Aditif dalam Menurunkan Metan Ternak Ruminansia

Abstract

Ternak ruminansia berkontribusi dalam menghasikan gas metan akibat dari proses fermentasi pakan oleh bakteri metanogenik di dalam rumen. Metana (CH₄) merupakan salah satu penyebab terjadinya efek gas rumah kaca dan memiliki efek 25x lebih besar dibandingkan CO₂ dalam menangkap panas yang menyebabkan pemanasan global. Tujuan reviu artikel ini yaitu untuk mengkaji potensi pemanfaatan rumput laut sebagai pakan aditif dalam menurunkan metan ternak ruminansia. Produksi gas metan ternak ruminansia dapat dikurangi melalui suplementasi feed aditif pada pakan ternak yang diantaranya melalui ionophores, legum, minyak esensial, senyawa kimia, lemak, probiotik, dan metabolit sekunder pada tanaman (halogenated, pholrotannin, tannin, saponin, iodine). Salah satu komoditas yang berpotensi sebagai feed aditif yaitu rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena Indonesia adalah negara kepulauan. Produksi rumput laut basah di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 10,32 juta ton. Rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai pakan aditif yang memiliki kemampuan dalam menurunkan produksi gas metan ternak ruminansia. Rumput laut mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, minyak, dan asam amino serta senyawa sekunder lainnya (phlorotannin, iodine, dan senyawa halogenasi). Kandungan beberapa senyawa tersebut terbukti mampu menurunkan produksi gas metan pada ternak ruminansia karena sifatnya sebagai anti-metanogenik. Kandungan bromoform pada rumput laut juga terbukti efektif dalam menghambat emisi gas metan saluran pencernaan karena kemampuannya dalam mengganggu proses metanogenesis.

Kata kunci: rumput laut, ternak ruminansia, gas metan